DAKWAH LITERASI – ONE DAY, ONE HADIST

Berita Unggulan

MENATA NIAT

Jum’at, 11 Ramadhan 1442 H/ 23 April 2021-

مَن سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ به، ومَن يُرائِي يُرائِي اللَّهُ بهِ.الراوي : جندب بن عبدالله | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاريالصفحة أو الرقم: 6499 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح

Dari Shahabat Jundub bin ‘Abdillah radhi-yallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan manusia pada hari Kiamat).” (HR. Bukhari no. 6499)

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits:

1. Amal manusia, yang berakal sehat, tidak mungkin dilakukan tanpa motif dan tujuan yang dalam bahasa agama disebut dengan niat. Amal kebaikan dapat dianggap batal dan menjadi rusak bila salah niat.

2. Suatu ketika, manusia perlu mengerjakan amal kebaikan secara terbuka dan di depan orang lain atau masyarakat, lalu dia dipuji dan disanjung. Lalu tanpa terasa, pujian, sanjungan, dan apresiasi itu dianggap sebagai imbalan bagi perbuatan baiknya. Anggapan inilah yang pada gilirannya membuatnya selalu menuntut pujian dan apresiasi dari orang lain bagi setiap kebaikan yang dilakukannya. Inilah yang disebut dengan riya yang dapat membatalkan amal kebaikan seseorang.

3. Apabila niat seorang penuntut ilmu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati, ingin dipuji, disanjung, dan yang diinginkannya adalah itu semua, maka ia telah menempatkan dirinya pada posisi yang berbahaya.

Sumber : https://steemit.com/life/@safwaninisam/kekuasaan-dan-jabatan-hanya-bersifat-sementara

4. Menurut riwayat, Syadad bin Aus pernah melihat Rasulullah SAW bersedih dan meneteskan air mata. Syadad lalu bertanya, ”Apa yang membuat Anda bersedih ya Rasulullah SAW?” Beliau bersabda, ”Ada hal yang sangat saya khawatirkan terhadap umatku, yaitu syirik. Memang mereka tidak sampai menyembah berhala, matahari, dan bulan serta tidak pula batu dan roh, tetapi bersikap riya dalam amal dan perbuatan baik. Inilah yang paling aku khawatirkan terhadap mereka, yaitu riya.”

5. Seorang hamba yang bergembira dan senang dihormati orang lantaran ilmu yang dimiliki dan amal yang dikerjakannya, maka ini menunjukkan bahwa adanya sifat riya’ (ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain) dalam dirinya. Barangsiapa memperlihatkan amalnya karena riya’, maka Allah Ta’ala akan memperlihatkannya kepada manusia, dan barangsiapa memperdengarkan amalnya, maka Allah Ta’ala akan memperdengarkan amal (kejelekan)nya kepada manusia.

Sumber : https://www.kompasiana.com/fransdionesa/550bd2c3a33311251c2e3a04/jabatan-eselon-3-dan-4-akan-dihapus

6. Setidaknya terdapat dua bentuk riya. Pertama, riya yang bermotif memperoleh pujian, sanjungan, dan apresiasi dari manusia semata. Ini adalah riya yang paling rusak dan tercela. Kedua, riya yang selain bermotif untuk mendapat ridha Allah SAW juga berharap pujian manusia. Ini lebih ringan dari riya bentuk pertama. Namun, keduanya adalah bentuk riya yang dilarang Islam.Ayat Al-Qur’an yang berkaita dengan tema tersebut adalah:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. QS. 18:110

Refrensi Hadist: Ust. Supriyadi, S. Ag

Redaksi: Jurnalissmkmita

bagikan ke ...
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *